Translate

Kamis, 20 November 2014

Buku “Jendela” Dunia dan Membaca “Membuka Jendela” Dunia

“Buku jendela dunia” dan “Membaca membuka jendela dunia”, begitulah slogan yang saya kenal sejak masih duduk dibangku SMP, poster besar di dinding belakang kelas dengan dominasi warna biru bergambar dua mata yang menatap (ke bawah) bola dunia dan dua telapak tangan yang menyangga bola dunia tersebut. Kedua slogan yang sarat akan makna, kita ibaratkan sebuah rumah yang memiliki banyak jendela, jika jendela-jendela tersebut setiap harinya dibiarkan tertutup maka fungsi dari jendela itu sendiri menjadi percuma, tidak ada sirkulasi udara sehingga menjadikan rumah pengap dan penghuninya penyakitan, namun jika setiap pagi jendela-jendela itu dibuka maka udara segar pun (oksigen) masuk menggantikan karbondioksida yang telah memenuhi ruangan sehingga penghuni rumah pun sehat karena sirkulasi udara lancar. Selain sebagai sirkulasi udara jendela bisa sebagai bagian dari media informasi, setidaknya memperlihatkan informasi yang ada di luar jendela.
Begitu pun dengan buku, sebanyak apapun buku yang kita miliki namun jika hanya dijadikan pajangan, tertutup, tanpa dibaca maka jelas saja buku tersebut hanya slogan kosong “Buku jendela dunia” yang tidak memberikan manfaat apapun kecuali sebagai hiasan perpustakaan rumah. Berbeda jika buku-buku yang ada di rumah itu menjadi santapan sehari-hari dibaca ditelaah dihayati maka informasi dunia dapat kita genggam dan benarlah slogan, “Membaca membuka jendela dunia.” karena informasi yang kita dapatkan melalui membaca buku tersebut.
Saya mulai menyukai buku sejak duduk dibangku SMP tepatnya saat berkunjung ke rumah salah satu guru untuk meminjam buku sumber tugas. Di rumah guru itu saya melihat ruangan khusus yang dipenuhi buku-buku dan pada setiap akhir buku di bagian dalam sampul belakang terdapat tera biru yang bertuliskan “Perpustakaan Pribadi Keluarga Didin Saefuddin.” Sejak saat itulah saya menyukai buku dan terinspirasi ingin memiliki perpustakaan pribadi.
Di saat akan membeli buku ada beberapa pertimbangan yang biasa saya lakukan dan mungkin bisa menjadi tips bagi Anda:
  1. Membuat daftar skala prioritas, buku apa saja yang ingin dibeli. Sesuaikan dengan budget dan patuhi. Hal ini untuk  mengatur pengeluaran agar anggaran bulanan tidak kebobolan karena belanja buku.
  2. Jika tidak punya skala prioritas dan Anda sedang berada di toko buku karena hanya sekedar mampir setelah dari mall atau sekedar iseng jalan-jalan dan ingin beli buku tetapi bingung menentukan buku apa yang ingin dibeli, maka Anda bisa melihat di bagian new arrival dan best seller. Mungkin saja ada buku yang menarik untuk Anda.
  3. Sebelum membeli biasakan terlebih dahulu membaca sinopsis atau review tentang buku tersebut pada bagian belakang buku dan jika ada buku sample yang telah dibuka Anda bisa melakukan proses baca cepat dengan cara; baca daftar isi, bagian awal, tengah dan akhir buku tersebut. Menarik? Pas dengan harapan? Sebanding isi buka dengan harganya? Jika terlalu mahal sedangkan kontennya tidak berbobot maka Anda bisa mencari perbandingan dengan mencari buku dengan tema sejenis yang lebih kompetitif dari segi isi dan harganya. Bagi Anda yang tidak terlalu mementingkan bahan maka buku yang dicetak dengan kertas koran harganya lebih murah daripada buku yang dicetak dengan kertas HVS.
  4. Membeli buku di Pameran, sudah pasti pameran buku selalu memberikan diskon besar-besaran hingga 70%, kenapa bisa diskon besar, karena kita membeli dari tangan pertama, dari penerbit. Ya penerbitlah yang menjual langsung di arena pameran. Dan jika Anda cukup beruntung biasanya ada beberapa penerbit yang menyelenggarakan cuci gudang, kita bisa membeli buku seharga 5.000 – 10.000 rupiah saja.
  5. Sabar…. tahanlah keinginan berbelanja buku hingga datang musim diskon. Jika di pameran buku biasanya hari terakhir merupakan hari diskon besar-besaran, jika tidak ada pameran maka diskon biasanya ada pada saat; menjelang tahun ajaran baru, akhir tahun, ada event-event tertentu, dan promo pembukaan cabang toko buku baru.
  6. Jika ingin lebih murah datang langsung ke penerbit pastinya Anda akan mendapatkan harga beli yang jauh lebih rendah dari harga toko, tapi biasanya ada minimum order untuk satu judul buku. Namun bisa disiasati jika Anda memiliki kenalan di penerbit, hehe.
  7. Jika Anda memiliki teman atau kolega yang memiliki kumpulan buku dan tidak membutuhkannya lagi. Anda bisa melakukan negosiasi untuk membelinya dengan harga murah.
  8. Jika orientasi Anda hanya ingin membeli buku murah, maka membeli buku di pasar loak bukan pilihan buruk. Namun tentunya koleksi buku di pasar loak semuanya second dan Anda akan sulit menemukan buku baru dengan harga murah disana, kecuali buku bajakan dan itu ilegal.
Berbicara masalah buku sebagai jendela dunia tidak lepas kaitannya dengan para penerbit sebagai produsen pencetakan buku. Masalah krusial yang dihadapi para penerbit adalah maraknya pembajakan hak cipta seperti yang saya singgung pada artikel saya sebelumnya (baca: IKAPI, Gemar Membaca, Bangsa Maju dan Unggul!). Untuk menangani hal ini maka organisasi yang membawahi penerbit seperti IKAPI harus memberikan kepastian hukum dengan melobi pihak pemerintah untuk memberikan hukuman yang layak bagi para pelaku pembajakan hingga menimbulkan efek jera.
Masalah krusial lainnya terdapat pada para penerbit-penerbit kecil. Sudah seharusnya IKAPI sebagai lembaga organisasi yang menaungi penerbit agar dapat bersifat adil dengan memberikan fasilitas bantuan dan arahan seperti dari pengenalan pasar, manajemen, pembinaan hukum dan hak cipta, bagaimana membeli hak cipta dari luar negeri, dan masalah biaya ekspedisi. Untuk masalah finansial (permodalan) IKAPI dapat membantu penerbit kecil dengan memberikan donasi atau subsidi silang dari para penerbit-penerbit besar kepada penerbit kecil. Atau jika IKAPI mengadakan kegiatan pameran maka para penerbit kecil dengan terbitan buku-buku berkualitas dapat diberikan subsidi dalam pembayaran sewa stan atau mungkin bebas biaya dengan pertimbangan buku-buku yang dihadirkan berkualitas.
Intinya adalah, bagaimana agar para penerbit kecil ini dapat bertahan di dunia penerbitan buku Indonesia dan memberikan warna maka tugas IKAPI sebagai pengayom para penerbit diseluruh Indonesia dapat memberikan bantuan dan arahan sehingga bisnis buku bisa semakin menggeliat.
Dan semoga semakin banyak penerbit semakin banyak pula buku-buku berkualitas hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia sehingga budaya gemar membaca dan slogan “Buku Jendela Dunia dan Membaca Membuka Jendela Dunia” menjadi hal yang memasyarakat, dan pada akhirnya budaya gemar baca mampu menjadikan bangsa Indonesia bangsa menjadi bangsa yang kuat, cerdas, maju, unggul dan berwawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar