“Membaca menyibak
cakrawala. Dengan membaca, seseorang tidak saja tercelik dan jadi
semakin bijak. Akan tetapi, juga dapat memetik hikmah dan
manfaat berbagai referensi”
Membaca merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Media yang
digunakan dalam membaca berupa media bahasa tulis. Membaca memegang
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi kalangan
pelajar.
Membaca adalah melihat serta memahami
isi dari apa yang tertulis, baik mengeja atau melafalkan apa yang
tertulis (KBBI, 2002:83). Membaca merupakan suatu proses menangkap atau
memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya,
menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang dan merefleksikan
atau bertindak seperti yang dimaksud dalam konsep itu (Susanto, 2013).
Sementara itu menurut Bram dan Dickey
(dalam Darmono, 2007:215) menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan yang
dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan
kalimat yang memiliki makna bagi seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
diambil simpulan bahwa membaca merupakan kegiatan yang bersifat aktif
reseptif dengan cara memahami setiap isi dari apa yang tertulis dengan
saksama.
Minat sering diartikan sebagai “interest”. Minat bisa dikelompokkan sebagai sikap (attitude)
yang memiliki kecenderungan tertentu. Minat tidak bisa dikelompokkan
sebagai pembawaan, tetapi sifatnya bisa diusahakan, dipelajari, dan
dikembangkan.
Arthur J. Jones (dalam Supriyadi, 1986:73) menerangkan bahwa minat adalah perasaan suka (like)
yang berhubungan dengan suatu reaksi terhadap sesuatu yang khusus atau
situasi tertentu. Semenatra itu Crow and Crow (Supriyadi, 1986:74)
menjelaskan bahwa minat menunjukkan kekuatan motivasi yang menyebabkan
individu memberikan perhatian kepada orang, benda, atau kegiatan.
Dari beberapa pendapat di atas,
sekiranya dapat diambil simpulan bahwa minat merupakan suatu dorongan
atau keinginan apada seseorang untuk /menjadi merasa tertarik pada
sesuatu yang ia sukai.
Sementara itu, minat baca merupakan
dorongan yang kuat pada seseorang untuk membaca yang ditandai dengan
menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol.
Darmono (2007:214) menyatakan bahwa
minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat
sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang
kuat untuk melakukan kegiatan membaca.
Hal ini dikarenakan minat membaca merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca.
Senada dengan pendapat Darmono, Abd.
Rachman (1983:16) mengemukakan bahwa minat baca diartikan sebagai
perwujudan perilaku baca murid yang disebabkan oleh faktor-faktor
pendorong tertentu, baik oleh faktor internal maupun eksternal.
Sementata itu, Dallman dkk (1982 dalam
Hadi Susanto, 2013) mengatakan bahwa minat membaca merupakan faktor
terpenting dari kesiapan membaca anak untuk belajar membaca.
Minat membaca pada anak sangat beragam,
ada yang ”ogah-ogahan” dan tidak peduli, ada pula yang sangat tertarik
untuk membaca yang ditandai dengan tertarik dengan media cetak,
menikmati saat menyimak sebuah cerita, mampu bercerita dengan baik, suka
melihat-lihat gambar di buku, mampu menceritakan sesuatu dari gambar,
dan meminjam buku dari sekolah untuk dibawa pulang.
Adapun jenis-jenis minat baca menurut Gage (dalam Abd. Rachman, 1983:10), yakni
- minat baca spontan, kegiatan membaca yang dilakukan atas kemauan, inisiatif pribadi murid sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain atau pihak luar dan
- minat baca terpola, kegiatan membaca yang dilakukan murid sebagai hasil atau akibat pengaruh langsung dan disengaja melalui serangkaian tindakan dan program yang terpola terutama kegiatan program belajar mengajar di sekolah.
Spodek (1978 dalam Hadi Susanto, 2013)
menyatakan bahwa minat baca merupakan salah satu aspek dari kesiapan
membaca, dengan berbagai indikator, di antaranya
- (a) menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol, tertarik menyimak cerita,
- (b) mampu bercerita dan mengucapkan sajak atau puisi, suka melihat-lihat gambar dalam buku,
- (c) mempunyai rentang perhatian yang cukup untuk mengamati urutan gambar dalam buku,
- (d) menceritakan suatu cerita dari sebuah gambar,
- (e) meminjam buku untuk dibawa pulang atau membawa buku ke sekolah, dan
- (f) mencoba mengenali kata-kata tertentu dalam buku yang dikenalnya.
- wujud pernyataan atau pengakuan siswa terhadap objek-objek tertentu dan
- wujud perilaku murid dalam membaca. Jadi, dapat simpulkan bahwa apabila bila seorang individu (siswa) sudah memiliki minat baca yang tinggi maka seorang individu (siswa) tersebut akan suka membaca bacaan apapun (baik bacaan yang bersifat pengetahuan umum maupun bersifat sebagai hiburan).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Minat yang dimiliki oleh setiap orang
(pelajar) pastinya berbeda-beda, dengan kata lain tergantung pada
masing-masing individu. Dalam hal ini, minat tersebut dengan minat
terhadap membaca. Minat membaca tiap individu (siswa) tidaklah sama, ada
pelajar yang suka dan hobi membaca dan ada pula yang tidak hobi
membaca.
Namun, minat baca setiap orang (siswa)
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh
Crow and Crow (dalam Supriyadi, 1986:75) menyatakan bahwa ada empat
faktor yang mempengaruhi minat baca seseorang (pelajar), di antaranya
- (a) kondisi fisik,
- (b) kondisi mental,
- (c) status emosi, dan
- (d) lingkungan sosial.
Pertama, kondisi fisik. Kondisi
fisik memang mejadi hal utama yang menjadi perhatian karena dengan
kondisi fisik yang baik dan sehat, maka keadaan seseorang (siswa) akan
stabil. Hal itulah yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap
aktivitas yang ia lakukan, misalnya saja kegiatan membaca buku. Apabila
kondisi fisiknya sehat, maka ia akan merasa senang dan suka untuk
membaca.
Kedua, kondisi mental. Tak
ubahnya kondisi fisik, kondisi mental seseorang (siswa) juga sangat
berpengaruh terhadap aktivitasnya sehari-hari. Apabila mental seseorang
sedang “down” (“jatuh”), maka pelajar tersebut tidak akan
merespon dengan baik apa yang akan ia kerjakan, misanya saja membaca
buku. Sebaliknya, jika mental pelajar tersebut “bagus”, maka ia akan
merasa senang dan suka untuk melakukan kegiatan membaca.
Ketiga, status emosi. Tak ubahnya
kondisi fisik dan mental, status emosi juga sangat berpengaruh terhadap
kondisi tiap individu (siswa). Apabila kondisi emosinya stabil dan
baik, maka ia kana senang dan ringan dalam melakukan kegaitan yang ia
sukai, misalnya kegiatan membaca buku. Namun, apabila emosinya sedang
labil, maka seorang pelajar tersebut juga enggan bahkan tidak mau untuk
melakukan kegiatan apapun, tak terkecuali kegiatan membaca.
Keempat, lingkungan sosial.
Lingkungan sosial setiap individu (siswa) pastinya berbeda-beda. Jika
lingkungan sosial tempat individu (siswa) tinggal adalah lingkungan yang
baik, dalam artian lingkungan masyarakat yang suka membaca, maka si
pelajar tersebut secara tidak langsung pun akan mulai suka dengan
membaca, padahal ia sebenarnya tidak hobi membaca. Namun, apabila
lingkungan tempat tinggal si pelajar tidak “sehat”, dalam artian kondisi
masyarakat yang “amburadul”, maka ia pun juga akan terpengaruh menjadi
“amburadul” dan cenderung atau tidak mau melakukan kegiatan yang
bermanfaat, seperti kegiatan membaca.
Dari keempat faktor yang sudah
disebutkan di atas, sekiranya dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik,
mental, emosi, dan lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap setiap
individu (siswa). Dengan kondisi fisik, mental, emosi, dan lingkungan
sosial yang baik dan sehat, maka setiap individu (siswa) akan merasa
senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan juga menambah
wawasan pengetahuannya, seperti kegiatan membaca dan dari sinilah minta
baca seseorang (siswa) akan “tumbuh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar